Kerajaan-Kerajaan
islam Di Indonesia
·
Kerajaan Perlak.
Kerajaan Islam yang
pertama kali berdiri di Sumatra dan tanah air adalah Kerajaan Perlak
(Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja
pertamanya bernama Alauddin Syah. Perlak pada saat itu merupakan kota dagang
penyedia lada paling terkenal. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak akhirnya
mengalami kemunduran.
·
Kerajaan Samudera
Pasai.
Kerajaan Samudra
Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur
laut Aceh Kabupaten Lhok Seumawe atau Aceh Utara kini. Kemunculannya sebagai
kerajaan Islam diperkirakan awal atau pertengahan abad ke-13 M, pendiri
dan raja pertama kerajaan ini adalah Malik al-Saleh, sebagai hasil dari
proses islamisasi daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya. Daerah yang diperkirakan masyarakatnya
sudah banyak yang memeluk agama Islam adalah Perlak, sepeti yang kita ketahui
berita dari Marco Polo yang singgah di daerah itu pada tahun 1292.
Bukti berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M, itu didukung dengan adanya nisan yang terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui bahwa raja pertama itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.[3] Nisan kuburan itu didapatkan di Gampong Samudera bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan dengan sumber sejarah berupa penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh dengan angka tahun 1297 yang juga merupakan raja pertama. Menurut sumber sejarah, kerajaan ini pernah didatangi seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama Ibnu Batutah.
·
Kerajaan Aceh
Darussalam.
Kerajaan Aceh
berdiri pada tahun 1514. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah adalah raja
pertama kerajaan ini. Kerajaan Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M.
Pada tahun 1521 M kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya
selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianekasi oleh raja Aceh, Ali
Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan Samudera Pasai di bawah pengaruh kesultanan
Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarng dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya. Dan belum diketahui pasti kapan kerajaan ini berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Mujaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalm. Puncak kejayaan Kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu wilayah kekuasaan Aceh sangat luas. Kerajaan Aceh juga telah menjalin hubungan dengan para pemimpin Islam di kawasan Arab sehingga dikenal dengan sebutan Serambi Mekah. Puncak hubungan tersebut terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah.
·
Kerajaan Demak.
Perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja
Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada pengusaha-pengusaha islam di pesisir
untuk membangun pusat kekuasaan yang independen. Dibawah pimpinan Sunan Ampel
Denta, wali songo bersepakat mengangkat Raaden Patah menjadi raja pertama
kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun
Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama. Sebelumnya Demak yang
masih bernama Bintoro merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan Raja
Majapahit kepada Radeen Patah.
Maka berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Demak.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Pada saat itu ulama
memegang peranan yang penting dalam pemerintahan misalnya dengan diangkatnya
Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasihat kerajaan. Kerajaan Demak
mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Pada tahun
1527 ketika armada Portugis datang untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa,
Kerajaan Demak berhasil memukul mundur. Pada masa kekuasaan dipegang oleh Jaka
Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak menuju Pajang.
·
Kerajaan Pajang.
Pajang adalah
pelanjut atau sebagai pewaris kerajaan Demak. Sultan pertama kerajaan ini
adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di Lereng Gunung Merapi. Oleh
raja Demak ketiga Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di
Pajang, setelah dikawinkan dengan anak perempuannya. Setelah Raja Demak
meniggal dunia Jaka Tingkir memerintahkan agar semua benda pusaka Demak
dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di Pulau
Jawa ia bergelar Sultan Adiwijaya. Sultan Adiwijaya menghadiakan kota gede
Yogyakarta dan mengangkat Ki Ageng Pemanahan menjadi adipati di situ. Saat Ki
Ageng Pemanahan meninggal, jabatan adipati digantikan oleh anaknya, Sutawijaya.
Sementara itu adipati Demak diserahkan kepada Pangeran Aria Pangiri. Sutawijaya
yang menjadi adipati di Mataram (Yogyakarta) ingin menjadi raja dan berkuasa
atas seluruh pulau Jawa. Sebagai raja, Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan
Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh
Arya Pangiri. Selanjutnya, dipimpin oleh Pangeran Benowo.
·
Kerajaan Mataram
Islam.
Kerajaan Mataram
didirikan oleh Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga
Sayidin Panatagama. Setelah naik tahta kerajaan pada tahun 1586, Sutawijaya
bergelar Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram
mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang
bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah. Saat itu
kekuasaan Mataram sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan. Kerajaan
yang dipimpin oleh Sutajaya ini adalah kerajaan kedua yang kini bercorak Islam,
sementara yang dulu bercorak Hindu. Namun letak Mataram Islam berada di bekas
wilayah Kerajaan Mataram Hindu. Sementara itu, Pajang yang dulu menjadi pusat
kerajaan, msuk menjadi wilayah kekuasaan Mataram Islam, dan Pangeran Benowo
sebagai adipati Pajang.
·
Kerajaan Cirebon.
Kesultanan Cirebon
merupakan kerajaan Islam pertama di daerah Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan
oleh Sunan Gunung Jati. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1448 M dan wafat pada
tahun 1568 M, dalam usia 120 tahun. Kedudukannya sebagai Wali Songo mendapatkan
penghormatan dari raja-raja di Jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah Cirebon
resmi berdiri sebuah Kerajaan Islam yang merdeka dari kekuasaan Kerajaan
Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan Kerajaan Pajajaran yang belum
menganut ajaran Islam.
Dari Cirebon Sunan Gunung Jati, mengembnagkan ajaran Islam kedaerah-daerah lain
seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten. Pada tahun 1525
M, ia kembali ke Cirebon dan menyerahkan Bnten kepada anaknya yang bernama
Sultan Hasanuddin. Sultan inilah yang meruntuhkan raja-raja Banten.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat pada tahun 1650 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalannya, Kesultanan Cirebon dipecah menjadi dua pada tahun 1697 dan dipentahkan oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Penembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsuddin, semeentara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat pada tahun 1650 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalannya, Kesultanan Cirebon dipecah menjadi dua pada tahun 1697 dan dipentahkan oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Penembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsuddin, semeentara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.
·
Kerajaan Banten.
Sunda Kelapa adalah
pelabuhan yang pentig di Muara Sungai Ciliwung. Kedudukannya lebih penting dari
pada dua kota pelabuhan Pajajaran lainnya, yakni Banten dan Cirebon. Setelah
Fatahillah yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di
Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat
penyiaran agama. Setelah Sunan Gunung Jati menaklukan Banten pada tahun 1525 M.
Ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya yang bernama Sultan Hasanuddin. Sultan
Hasanuddin kemudian menikah dengan Putri Demak dan diresmikam menjadi
Panembahan Bnten pda tahun 1552 M. Ia meneruskan usaha ayahnya dalam meluaskan
daerah Islam, yaitu Kelampung dan Sumatera Selatan. Pada tahun 1527 M, ia
berhasil menaklukan Sunda Kelapa. Banten juga berhasil merdeka dan melepaskan
diri dari Kerajaan Demak. Kerajaan Banten ini mengalami kemajuan yang sangat
penting pada masa kekuasaan Ki Ageng Tirtayasa.
·
Kerajaan Banjar.
Pada abad ke-16, di
pedaleman Kalimantan terdapat Kerajaan Nagaradaha (Kerajaan Daha). Banjarmasin
merupakan slah satu wilayah kekuasaan kerajaan tersebut. Kerajaan Banjar
merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu yang dipimpin oleh
Raja Sukarama. Adipai Banjarmasi yang bernama Raden Samudera berhasil
menaklukan kerajaan Nagaradaha dengan bantuan Kerajaan Demak. Akhirnya
berdirilah Kerajaan Banjar dengan Raden Samudera sebagai rajanya. Setelah masuk
Islam ia bergelar Sultan Suryanullah. Islam pertama kali masuk ke Banjarmasin
pada abad XVI. Saat itu proses islamisasinya sebagian besar dilakukan oleh
Kerajaan Demak. Dalam waktu yang tidak cukup lama, bahkan Islam banyak dianut
masyarakat dari suku Bugis di sungai bagian timur Kalimantan. Ulama yang sangat
terkenal di kerajaan tersebut adalah Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari.
·
Kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur.
Menurut risalah
Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan Raja
Mahkota, yaitu Tuan di Bandang, yang dikenal dengan Dato’ Ri Bandang dari
Makasar dan yang satunya adalah Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu
Dato’ Ri Bandang kembali ke Makasar, sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di
Kutai. Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam, setelah itu segera dibanun
sebuah masjid dan pengajaran agama Islam dapat dimulai. Yang pertama mengikuti
pengajaran itu adalah Raja Mahkota sendiri, kemudian pangeran, para mentri,
panglima dan hulubalang dan akhirnya rakyat biasa.
Sejak itu Raja Mahkota berusaha keras menyebarkan Islam dengan pedang. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. Penyabaran lebih jauh daerah-daerah pedalaman dilakukan terutama pada waktu puteranya Aji di Langgar, dan pengganti-penggantinya meneruskan perang ke daerah Muara Kaman.
Kerajaan
Sukadana.
Pada tahun 1550 Islam telah diperkenalkan kepada Kerajaan Sukadana di wilayah
barat Pulau Kalimantan. Meskipun raja yang berkuasa pada saat itu belum sempat
memeluk agama Islam, penerus kerajaan tersebut selanjutnya memeluk agama Islam.
Bahkan, pada tahun 1600 Islam menjadi agama yang sangat populer di sepanjang
pesisir pantai pulau tersebut.
·
Kerajaan Ternate.
Kerajaan Ternate
berdiri pada abad ke-13 di Maluku Utara, dengan ibu kotanya di Sampalu. Rajanya
bernama Sultan Zaenal Abidin, ia belajar agama Islam di Gegesik. Kerajaan
Ternate merupakan penghasil rempah-rempah yang besar di Nusantara. Pada abad
ke-15, kerajaan ternate menjadi kerajaan terpenting di Maluku. Kerajaan Ternate
mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Pada waktu itu
wilayah kekuasaan Ternate sampai ke Philipina Selatan. Untuk menjaga wilayah
keamanannya, ia memiliki 100 kapal kora-kora untuk menjaga wilayahnya. Pada
masa itu Sultan Baabullah mendapat gelar seabagai “Yang Dipertuan di 72 pulau”.
Ia juga dikenal sebagai pahlawan yang gigih menentang penjajahan Portugis.
Dengan kegigiannya ia bersama rakyatnya nerhasil mengusir Portugis dari Maluku
pada tahun 1795.
·
Kerajaan Tidore.
Seperti halnya
Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore pun merupakan penghasil cengkeh yang besar.
Berkat hasil cengkehnya itu kerajaan Tidore menjadi kerajaan yang maju. Raja
yang terkenal di Kerajaan Tidore adalah Sultan Nuku. Pada masanya, kekuasan
Tidore meliputi Halmahera, Seram, Kai, dan Irian Jaya. Pada mulanya kerajaan
Ternate dengan Kerajaan Tidore hidup damai berdampingan. Namun sejak kedatangan
Portugis , kedua kerajaan ini di adudombakan[25], setelah mengetahui bahwa
Portugis ingin menguasai Maluku, akhirnya dua kerajaan ini bersatu dan mengusir
Bangsa Portugis dari Maluku.
·
Sulawesi
(Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu).
Kerajaan
Gowa-Tallo, kerajaan yang kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut
kerajaan Makasar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya Pulau
Sulawesi. Gowa-Tallo adalah kerajaan yang berpusat pemerintahan di Makasar (sekarang
Ujung Padang), yaitu di Simbaopu (Makasar). Selain itu pula terdapat kerajaan
lain seperti Bone, Sopeng, Wajo dan Luwu. Kerajaan Makasar merupakan kerajaan
yang pertama di Sulawesi. Sementara itu Bone, Waajo, dan Soppeng bersatu yang
disebut Tellum Pottjo (Tiga Kerajaan). Penguasa Kerajaan Gowa-Tallo pada tahun
1605 masuk agama Islam. Raja Tallo yaitu Kraeng Matoaya sebagai Mangkubumi
Kerajaan Gowa (Makasar), ia bergelar Sultan Abdullah. Sedangkan penguasa Gowa
yaitu Daeng Manrabia sebagai raja Gowa bergelar Sultan Alaudin (1605-1639).
Mereka berdua giat menyebarkan agama Islam. Mereka berdua berusaha memperluas
daerah kekuasaannya. Pada awalnya mereka mengajak Raja Bone, Sopeng dan Wajo
untuk memeluk agama Islam. Karena ditolak maka ketiga kerajaan tersebut
diperanginya dan akhirnya masuk Islam.
Sultan Alauudin, sangat menentang tindakan Belanda secara terang-terangan. Ia meninggal pada tahun 1639, dan digantikan oleh anaknya yang bernama Sultan Muhammad Said. Ia mengirimkan armada laut ke Maluku untuk melawan Belanda. Ia meninggal pada tahun 1653. Perlawanan Makasar terhadap Belanda memuncak pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669). Hasanuddin merupakan Raja Makasar yang paling berani melawan Belanda, sehingga mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur”. Ia sering melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal Belanda, yang sangat merugikan VOC (Belanda).
Komentar
Posting Komentar